Pria di Tangsel Bunuh Istri, Lalu Pasrah: Datangi Tetangga dan Minta Dipanggilkan Polisi

Tangerang Selatanpttogel Sebuah tragedi memilukan terjadi di kawasan Tangerang Selatan (Tangsel), Banten, ketika seorang pria dilaporkan membunuh istrinya sendiri di dalam rumah mereka. Namun yang membuat kasus ini semakin menggemparkan, pelaku tidak melarikan diri atau mencoba menutupi kejahatannya. Justru, ia secara sadar mendatangi tetangga dan meminta agar dipanggilkan polisi, seolah pasrah menerima akibat dari perbuatannya.

Peristiwa ini terjadi pada hari Minggu pagi, saat sebagian warga masih dalam suasana tenang akhir pekan. Namun ketenangan itu pecah seketika setelah seorang pria, sebut saja A (inisial), mengetuk pintu rumah tetangganya dengan wajah dingin dan tenang. Dalam keterangannya, ia hanya mengatakan satu kalimat yang membekukan siapa pun yang mendengarnya: “Tolong panggil polisi, saya baru bunuh istri saya.”

Kronologi Kejadian

Menurut keterangan dari pihak kepolisian dan sejumlah saksi di lokasi, kejadian bermula dari pertengkaran rumah tangga antara A dan istrinya, S (inisial), yang telah berlangsung sejak malam sebelumnya. Pertengkaran itu disebut-sebut kerap terjadi dalam rumah tangga mereka, namun kali ini berakhir dengan tragis.

Sekitar pukul 08.00 pagi, A diduga mencekik istrinya hingga tewas di dalam kamar. Usai memastikan bahwa sang istri sudah tidak bernyawa, A keluar rumah dan mendatangi tetangga terdekat. Tanpa histeris, tanpa emosi, ia meminta agar polisi segera dihubungi. Tetangga yang kaget dan ketakutan langsung menghubungi pihak berwajib.

Reaksi Tetangga dan Warga Sekitar

Sejumlah warga mengaku sangat terkejut dengan kejadian ini. Pasangan A dan S dikenal cukup tertutup, namun tidak pernah menimbulkan keributan besar yang sampai terdengar ke lingkungan sekitar. Beberapa tetangga bahkan menyebut A sebagai pria pendiam, yang jarang bersosialisasi tetapi terlihat menyayangi keluarganya.

“Saya masih nggak percaya. Dia orangnya kelihatan kalem. Nggak pernah ada suara ribut-ribut yang parah. Tahu-tahu tadi pagi dia bilang habis bunuh istrinya,” ujar seorang tetangga yang enggan disebut namanya.

Proses Penangkapan dan Barang Bukti

Pihak kepolisian dari Polres Tangerang Selatan segera datang ke lokasi dan mengamankan TKP. A ditangkap tanpa perlawanan dan langsung digelandang ke kantor polisi untuk diperiksa intensif. Dari lokasi kejadian, polisi mengamankan sejumlah barang bukti termasuk pakaian korban, selimut, serta barang-barang yang berada di dalam kamar saat peristiwa berlangsung.

Kapolres Tangsel dalam keterangannya menyebutkan bahwa pelaku telah mengakui perbuatannya. Ia juga mengaku sudah tidak tahan dengan pertengkaran yang terus-menerus terjadi di rumah tangganya. Meski demikian, penyidik masih akan mendalami motif utama, termasuk memeriksa kondisi psikologis pelaku.

Dugaan Depresi dan Tekanan Psikologis

Dari hasil pemeriksaan awal, tersirat bahwa pelaku mungkin mengalami tekanan psikologis berat dalam beberapa waktu terakhir. Ada dugaan bahwa permasalahan ekonomi, konflik rumah tangga, dan rasa frustasi yang memuncak menjadi pemicu utama tindakannya.

Pihak keluarga dari pelaku maupun korban masih dalam kondisi terpukul. Beberapa kerabat menyatakan bahwa keduanya telah menikah selama lebih dari 10 tahun dan dikaruniai seorang anak. Kini, nasib sang anak menjadi perhatian utama, karena kehilangan kedua orang tuanya dalam satu hari—satu meninggal dunia, satu lagi ditahan karena kasus pembunuhan.

Proses Hukum dan Ancaman Hukuman

Pelaku kini dijerat dengan pasal pembunuhan berencana dan/atau penganiayaan berat yang menyebabkan kematian, dengan ancaman hukuman maksimal penjara seumur hidup atau bahkan hukuman mati. Proses penyidikan akan melibatkan pemeriksaan kejiwaan untuk menilai apakah pelaku mengalami gangguan mental atau bertindak dalam kondisi sadar penuh.

Penutup

Kasus ini kembali menjadi pengingat betapa pentingnya kesehatan mental, komunikasi yang sehat dalam rumah tangga, dan kehadiran dukungan dari lingkungan sekitar. Tragedi seperti ini seharusnya bisa dicegah jika ada saluran bantuan atau intervensi sejak awal ketika konflik dan tekanan batin mulai terlihat.

Masyarakat diimbau untuk lebih peka terhadap kondisi sekitar dan tidak ragu mencari bantuan jika berada dalam situasi penuh tekanan. Sementara itu, pihak berwenang terus memproses kasus ini dengan pendekatan yang menyeluruh dan penuh kehati-hatian.

Satu nyawa melayang, satu kehidupan berakhir di balik jeruji, dan satu keluarga hancur—semua karena masalah yang mungkin bisa diselesaikan tanpa kekerasan.