900 Kali Lamar Kerja, Tak Satupun Diterima: Rumah Dijual, Anak Sudah Tiga – Kisah Perjuangan Hidup Seorang Ayah di Tengah Krisis

“Sudah 900 lebih saya melamar kerja. Dari pttogel yang online, datang langsung, sampai lewat kenalan. Tapi satupun tak ada yang tembus,” ujar Arman, seorang pria berusia 38 tahun yang kini tengah menghadapi ujian hidup yang sangat berat. Kisahnya viral di media sosial setelah sebuah video wawancaranya tersebar luas, memperlihatkan betapa kerasnya perjuangan seseorang yang mencoba bertahan hidup di tengah himpitan ekonomi dan tanggung jawab keluarga.

Berawal dari PHK, Berujung pada Kehilangan Segalanya

Arman adalah mantan karyawan pabrik elektronik di kawasan industri Cikarang. Ia telah bekerja selama 12 tahun sebelum akhirnya terkena Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) pada awal tahun 2023, imbas dari efisiensi besar-besaran perusahaan akibat menurunnya permintaan ekspor. Sejak saat itu, hidupnya berubah drastis.

Awalnya, ia mencoba bertahan dengan pesangon yang diberikan. Namun kebutuhan hidup terus berjalan—biaya makan, listrik, air, dan terutama biaya pendidikan untuk ketiga anaknya yang masih duduk di bangku SD dan SMP. Istrinya yang hanya ibu rumah tangga tak bisa banyak membantu, apalagi mereka juga harus mengurus anak paling kecil yang masih balita.

baca juga: 7-gaya-ari-lasso-kekasih-baru-hadir-di-pernikahan-luna-maya-go-public-elegan-romantis-dan-jadi-sorotan

900 Kali Melamar, Tak Pernah Ada Jawaban

Selama lebih dari setahun terakhir, Arman sudah mencoba segala cara untuk mendapatkan pekerjaan. Ia mengaku melamar ke lebih dari 900 lowongan, baik secara daring maupun mendatangi langsung perusahaan. Ia bahkan tak pilih-pilih pekerjaan. Dari operator produksi, satpam, pengantar barang, hingga cleaning service. Namun tak satu pun panggilan yang datang.

“Kadang saya berpikir, apa saya sudah terlalu tua? Tapi saya masih sehat, masih kuat. Saya cuma ingin kerja buat anak-anak,” katanya dengan mata berkaca-kaca.

Beberapa HRD bahkan terang-terangan menyampaikan bahwa usia di atas 35 tahun dianggap terlalu tua untuk posisi entry-level. Sedangkan untuk posisi yang sesuai pengalaman, Arman harus bersaing dengan pelamar yang lebih muda dan memiliki latar pendidikan yang lebih tinggi.

Jual Rumah, Hidup Mengontrak

Karena tak kunjung mendapat penghasilan tetap, Arman akhirnya harus menjual rumah satu-satunya yang selama ini ia cicil sejak tahun 2010. Rumah tersebut ia jual jauh di bawah harga pasar, hanya untuk bisa bertahan hidup dan membayar tunggakan sekolah anak-anaknya.

Kini, keluarga kecil itu tinggal di rumah kontrakan kecil di pinggiran kota. Makan pun serba hemat. Kadang hanya dengan nasi dan garam, atau lauk tahu-tempe seadanya. Anak-anak pun mulai paham bahwa kondisi keluarga mereka sedang sulit. Tak ada lagi uang jajan, apalagi rekreasi seperti dulu.

Mental Semakin Tertekan, Tapi Tak Mau Menyerah

Meski dihadapkan pada situasi yang sangat berat, Arman mengaku tidak ingin menyerah. Ia masih terus berusaha melamar kerja setiap hari. Ia juga mulai mencoba pekerjaan serabutan seperti menjadi tukang parkir lepas dan ojek pangkalan. Namun penghasilan itu sangat tidak menentu.

Yang membuatnya semakin tertekan adalah perasaan gagal sebagai kepala keluarga. “Kadang saya minta maaf ke anak-anak karena belum bisa kasih yang terbaik. Tapi mereka malah bilang: ‘Yang penting Ayah tetap sama kami.’ Itu yang bikin saya tetap kuat,” ujarnya sambil menyeka air mata.

Netizen Tersentuh, Dukungan Mulai Mengalir

Setelah kisahnya tersebar di media sosial, banyak netizen yang merasa tersentuh dan tergerak membantu. Beberapa di antaranya menawarkan bantuan dana, sementara yang lain mencoba mencarikan peluang kerja atau usaha kecil-kecilan. Beberapa komunitas juga mulai melakukan penggalangan dana untuk membantu Arman dan keluarganya.

Banyak warganet yang juga membagikan pengalaman serupa, bahwa mencari kerja di usia matang adalah tantangan tersendiri. Diskriminasi usia, minimnya kesempatan, hingga tuntutan keterampilan digital menjadi penghalang besar bagi mereka yang sudah tidak muda lagi.

Harapan dan Pesan dari Arman

Di tengah keterpurukan ini, Arman hanya berharap bisa kembali bekerja dan memberi kehidupan yang layak bagi keluarganya. Ia juga berpesan kepada para ayah yang sedang berjuang: “Jangan malu jadi miskin, jangan malu kerja apa saja. Yang penting halal. Saya percaya, selama kita jujur dan terus berusaha, Tuhan akan bukakan jalan.”

Kisah Arman adalah potret nyata tentang ketimpangan dan kerasnya persaingan dunia kerja saat ini. Namun di balik semua itu, ia juga menjadi simbol kekuatan cinta seorang ayah dan keteguhan hati untuk terus bertahan demi keluarga.


Catatan:
Kisah ini menggambarkan realitas pahit yang dialami banyak pencari kerja di Indonesia. Pemerintah, masyarakat, dan dunia usaha diharapkan dapat lebih membuka kesempatan bagi para pekerja usia matang, serta menyediakan pelatihan dan program pemberdayaan agar mereka tetap bisa produktif dan mandiri.

sumber artikel: olx99.id